Budaya Let's Read di Desa Terpencil Aceh



seorang anak sedang mendengarkan penjelasan dari saya

Berikut merupakan pengalaman saya saat bergabung dengan program pustaka kampung impian sebagai guru impian, yang merupakan program peningkatan kualitas literasi pada desa-desa terpencil yang tersebar di aceh, desa sarah baru yang berada di Aceh selatan, desa lapeng yang berada di pulo aceh, desa balingkarang yang berada di aceh tamiang, desa bah dan serempah yang berada di aceh tengah.

Melalui program ini, kami ditugaskan untuk membawa buku-buku ke perpustakaan sederhana yang sudah kami bangun di desa-desa tersebut. perpustakaan sederhana yang terdiri dari satu rak namun sangat menarik perhatian anak-anak secara visual, baik itu pelukisan mural maupun hiasan-hiasan dinding yang dibuat oleh anak-anak. Buku-buku yang kami bawa juga sangat menarik perhatian anak-anak karena buku-buku tersebut  merupakan buku-buku bergambar dan berwarna. Memang buku-buku bergambar terbilang sangat mahal, oleh karenanya, kita bisa memanfaatkan sumber-sumber gratis seperti internet, contohnya adalah aplikasi let's read  yang menyediakan buku-buku anak untuk diunduh secara gratis.

Anak-anak yang datang ke perpustakaan kami berusia 5-8 tahun, yang tahu bagaimana dunia smartphone namun tak begitu suka untuk terjun kedalamnya dan yang keingintahuan mereka tercurahkan kepada informasi-informasi yang bisa mereka dapatkan dari buku-buku yang kami bawa. Bagaimana anak-anak ini sangat tertarik dengan dunia buku tapi tidak begitu tertarik dengan dunia mewah smartphone, berikut merupakan tips-tips yang saya dan tim saya lakukan untuk menarik minat baca anak-anak pelosok ini:

1.      Menciptakan budaya membaca pada anak
seorang anak  sedang memilih buku yang akan ia baca
]
Pendekatan yang kami lakukan dalam menciptakan budaya membaca pada anak-anak adalah pendekatan fun learning. Mulai dari buku-buku yang kami bawa, lingkungan perpustakaan yang kami ciptakan, dan aktivitas yang kami lakukan saat membaca buku, semuanya itu berdasarkan pada senang atau tidak senangnya anak dalam menanggapinya.

Kami menyuruh anak-anak untuk datang setiap hari ke perpustakaan setelah pulang sekolah, di sekolah mereka sudah dihadapi dengan segala kejenuhan membaca dan menyimak guru mereka, sedangkan di perpustakaan kami menyambut mereka dengan musik dan menari bersama. Setelah menari, barulah kami menyuruh anak-anak untuk memilih buku apapun yang mereka suka dan meminjamnya, kami akan membaca buku yang mereka pilih untuk dibaca bersama, tentu saja buka membaca dari buku, tapi bercerita eskpresif tentang buku yang kami baca, dan tentu saja buka membaca satu arah, tapi dua arah seperti halnya komunikasi atau diskusi ceria antara guru dan murid.

Hal diataslah, yang terus membawa anak-anak kembali ke perpustakaan dan meninggalkan televise dan sumber hiburan lainnya di rumah.

2.     Memberikan kebebasan untuk meminjam buku pada anak-anak

anak-anak sedang membaca bersama tentang hewan laut

Kondisi Anak-anak yang berusia 5-8 tahun yang saya temui belum mengenal huruf, namun sangat tertarik untuk mengetahui isi buku yang mereka pinjam. Secara logika, meminjamkan buku pada anak-anak kecil yang belum bisa membaca merupakan hal yang tidak berarti, bisa jadi mereka tidak membaca buku yang mereka pinjam atau bisa jadi mereka melakukan hal yang buruk pada buku tersebut, merobeknya, membuka sampul, mencoret, dll. Namun sebaliknya, hal ini justru menguntungkan kami dan anak-anak tersebut, kebebasan meminjam buku dan tanggung jawab untuk merawat buku merupakan dua hal awal yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak. Jika di rumahnya tidak ada buku, dan jika buku yang terus ia baca merupakan pilihan orang dewasa, jangankan meningkatkan minat baca, anak-anak bahkan akan sangat membenci buku.
3.     Berdongeng atau bermain wayang dengan media supaya anak-anak lebih mengetahui keindahaan membaca

anak-anak sedang menyimak dongeng (media adalah boneka tangan)

Berdongeng merupakan cara berbeda yang bisa dilakukan dalam kegiatan membaca bersama, kegiatan ini tidak hanya menstimulasi anak untuk membaca lebih lanjut namun juga dapat melatih critical thinking skill anak. Berdongeng menggunakan media boneka tangan dan wayang sederhana merupakan kegiatan membaca bersama yang kami lakukan agar kegiatan membaca di perpustakaan tidak monoton. Selain itu, berdongeng juga akan memberikan anak-anak kesempatan untuk menghayati kisah dan informasi yang kami sampaikan, jadi, informasi atau kisah tersebut tidak disimpan sebagai pengetahuan saja, namun juga sebagai suatu cerita yang menarik.

4.     Mengajar abjad menggunakan media supaya anak menganggap kalau belajar membaca itu mengasyikkan
Belajar membaca selalu dimulai dari materi pengajaran abjad, jadi, usahakan pengajaran abjad ini tidak membosankan bagi anak-anak. Penggunaan media merupakan salah satu cara agar kegiatan belajar mengajar tidak membosakan.
Selama belajar di perpustakaan, ada beberapa media yang kami gunakan dan semuanya itu kami buat menggunakan peralatan sederhana seperti kertas ubi, lem kertas, dan kertas hvs. Contohnya seperti permainan feed the bunny alphabet, merupakan game dimana anak-anak akan memberikan wortel kepada kelinci saat mentor menyebutkan salah satu abjad.
feed the bunny alphabet game
Permainan alphabet kaboom preschool game merupakan permainan dimana anak-anak harus mencocokkan abjad yang tertulis di kayu dengan abjad yang tertulis di kardus.
preschool kaboom game
Kedua permainan diatas berfungsi untuk melatih anak-anak mengingat bentuk abjad tanpa harus menyuruh mereka menebak huruf yang ditunjuk pada buku atau menulis setiap huruf yang mereka pelajari.

5.     Mengajarkan suku kata dimulai dengan nama sendiri
Setelah mengajar abjad, anak-anak dilatih untuk membaca kata-kata yang dimulai dari kata-kata yang terdiri dari dua suku kata, tiga suku kata, empat suku kata, sampai seterusnya. Namun, alangkah lebih baiknya bagi anak-anak untuk belajar nama mereka sendiri terlebih dahulu dari pada kata-kata lain.

Belajar membaca nama sendiri tidaklah sesulit belajar membaca setiap kata pada suatu buku, hal inilah yang menyebabkan kami memprioritaskan belajar membaca nama sendiri daripada kata-kata lain, karena anak-anak dapat menikmati hasil belajar lebih cepat daripada belajar membaca dengan target yang umum.

6.     Menggunakan buku abacaga
buku abacaga
buku abacaga merupakan kegiatan yang kita lakukan setelah sesi membaca bersama selesai. Hal ini kita lakukan, supaya perkembangan membaca anak-anak lebih terukur sehingga selanjutnya kita dapat mengatasi kekurangan anak-anak pada bagian-bagian tertentu, seperti huruf b yang dibaca d, ataupun ibu yang dibaca idu.

7.     Membuat prakarya agar kegiatan membaca tidak monoton
anak-anak menghias tote bag polos dengan cat akrilik

Berdasarkan High Order Thingking (HOT), level akhir daripada suatu pengetahuan adalah innovation (Leader, T. (2019, July15), jadi membuat prakarya beradasarkan informasi yang mereka baca dari buku merupakan suatu hasil kerja yang akan memuaskan pengetahuan anak-anak. Buku yang mereka baca ternyata bukan pengetahuan sia-sia, namun pengetahuan yang bisa membantu mereka dalam menciptakan suatu alat yang berguana.  

Menarik minat baca anak-anak dimulai dari membentuk budaya membaca terlebih dahulu, tidak mudah bagi kita untuk membentuk budaya membaca jika pendekatan yang kita lakukan merupakan pendekatan sekolah. Pendekatan membaca terhadap anak-anak haruslah sebuah pendekatan yang inovatif  dan efektif, salah satunya adalah fun learning. Rancanglah sebuah fun learning tidak hanya mengandung sebuah akativitas mendapatkan pengetahuan saja, tapi juga menggunakan pengetahuan itu untuk membuat sesuatu hal yang berguna.

Comments

  1. Wah, gurunya harus kreatif ya agar anak-anak tertarik belajar dan suka buku

    ReplyDelete
    Replies
    1. metode yang kita terapkan di desa akan sangat berbeda dengan metode yang kita terapkan di kota, student-center has always been an effective method in teaching and learning isn't it. thank you sudah membaca blog saya :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts